Menebar Manfaat Seperti Gardu Listrik

Posted: 6 Januari 2016 in #NasihatGuruku, artikelku
Tag:, , ,

Assalaamu’alaikum, Teman.

Saya mohon maaf ya blog ini sudah jarang diupdate. Biasanya harian saya update, tapi kali ini sudah berbulan-bulan tidak lagi ada tulisan baru. Sekarang saya lebih sering aktif di youtube membuat vlog karena saya rasa lebih efektif dalam menebar manfaat.

Tak bisa saya pungkiri bahwa menulis di blog memiliki kenikmatan sendiri bagi kamu yang senang membaca. Saya juga senang membaca. Namun sepertinya video lebih menarik bagi sebagian orang. Mudah-mudahan saya terus diberi kekuatan untuk berbagi ilmu bersama kalian di sini. 🙂 Aamiiin.

Sedikit cerita tentang update blog, sejujurnya saya hampir tidak pernah mengupdate blog saya harian. Yang sebenarnya terjadi adalah… jren.. jren.. jreeenggg.. saya menulis beberapa tulisan dalam satu waktu lalu menjadwalkan tanggal terbitnya. Jadi misalkan saya menulis 10 buah tulisan dalam satu hari, kemudian menerbitkan tulisan itu satu buah tiap hari selama 10 hari. Gitu. Hehe.

Lanjut? Oke, karena kamu masih membacanya, kita lanjut!

Apa hubungan antara menebar manfaat dan gardu listrik? Sebenarnya secara langsung tidak ada. Saya hanya menganalogikan menebar manfaat seperti gardu listrik.

Coba perhatikan gardu listrik. Kalau dia gardu untuk 10 buah rumah, gardu itu akan dilewati (baca: dapat jatah) listrik sebanyak yang diperlukan 10 rumah itu. Kalau 100 rumah, sudah barang tentu lebih besar lagi.  Hubungannya dengan menebar manfaat?

Tentu ada.

Kalau kita menebar manfaat terhadap makin banyak orang, Allah akan ‘mempercayakan’ kepada kita kemampuan untuk berbagi sebanyak manfaat yang kita bagi. Coba lihat orang yang sedekahnya rajin, kenapa rezekinya makin bertambah dan bertambah? Jawabannya karena Allah memberi dia jatah rezeki untuk dibagikan kepada orang banyak (lewat dirinya).

Sebaliknya, orang pelit bin kikir, dia tidak memberi manfaat kepada banyak orang, selalu saja ada alasan hidupnya menjadi sempit. Entah darimana. Pokoknya dia akan merasa hidupnya tidak pernah cukup.

Manfaat rezeki seperti itu, berbagi ilmu juga pasti demikian. Coba perhatikan seorang guru. Kelihatannya, dia mengajarkan ilmu (baca: memberi ilmu). Padahal sebenarnya justru guru itu belajar jauh lebih banyak dari muridnya. Maka tidak heran bahwa mengajar adalah cara terbaik untuk belajar.

Intinya, ketika kita berbagi, semakin luas, maka semakin luas pula ‘amanah’ berupa anugerah yang  dititipkan kepada kita oleh Allah. Agar kita semakin bisa berbagi manfaat seluas-luasnya.

Teringat sebuah hadits:

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain.

Semoga kita tergolong orang-orang yang ‘dititipi’ anugerah kekuatan untuk berbagi manfaat yang luas bagi orang banyak. Aamiiin.

With Love.

Arif Rahman Igirisa.

Tinggalkan komentar